Ruang Riung di Pura Adhitya Jaya Rawamangun : Ketika Seni, Iman, dan Kemanusiaan Bertemu.

  • Share
Ruang Riung di Pura Adhitya Jaya Rawamangun
Ruang Riung di Pura Adhitya Jaya Rawamangun

RBN || Jakarta

Suasana teduh Pura Adhitya Jaya Rawamangun, Jakarta Timur, berubah menjadi ruang perjumpaan lintas iman dan budaya pada Sabtu sore. Di tempat yang biasanya menjadi pusat ritual keagamaan umat Hindu ini, ratusan peserta dari berbagai latar belakang hadir dalam “2R: Ruang Riung”, forum seni dan dialog lintas budaya yang mengusung pesan keberagaman, perdamaian, dan kemanusiaan.

Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi Indika Foundation, Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta, KAICIID International Fellowship Program, Lembaga Kajian dan Penelitian Peradah, dan STAH Dharma Nusantara Jakarta (STAH DNJ). Melalui pameran seni dan talkshow, kegiatan ini menjadi wadah bagi seniman, akademisi, dan masyarakat untuk mengekspresikan nilai toleransi dan dialog antariman.

Pameran menampilkan beragam karya — lukisan, foto, video, dan puisi — yang memancarkan pesan universal tentang empati, inklusivitas, dan kemanusiaan. Salah satu kurator menyebutkan bahwa desain inklusif bukan sekadar estetika, melainkan “ajakan untuk menciptakan ruang hidup yang adil dan setara bagi semua.”

Acara dibuka oleh Dr, Ida Made Pidada Manuaba, Sekretaris Ditjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI, yang mengapresiasi kolaborasi lintas lembaga ini. “Kami di Dirjen Bimas Hindu siap berkolaborasi untuk memperkuat dialog dan kerja sama lintas iman,” ujarnya.

Dalam talkshow bertema “Dari Ruang Pikiran ke Ruang Dialog”, hadir dua pembicara utama: Bernadeta Valentina (Program Officer Indika Foundation) dan Dr. Ni Gusti Ayu Ketut Kurniasari, S.IP., M.Si (Ketua STAH DNJ), dengan moderator Eni Kusti Rahayu, S.Sos., M.I.Kom. Keduanya menekankan pentingnya seni berbicara dan seni mendengar untuk membangun komunikasi lintas budaya dan iman.

Hadir pula tokoh-tokoh keagamaan, akademisi, dan mahasiswa dari berbagai universitas serta organisasi seperti Peradah, KMHDI, Ansor, dan KNPI. Mereka bersama-sama meneguhkan bahwa perbedaan bukanlah penghalang, melainkan jembatan menuju harmoni.

Melalui “Ruang Riung”, seni dan dialog kembali menegaskan bahwa Indonesia yang majemuk bisa tetap utuh ketika setiap perbedaan dirayakan dalam semangat kemanusiaan. Pura Aditya Jaya menjadi saksi bahwa perdamaian bisa tumbuh dari ruang yang sederhana — dari niat untuk saling mendengar dan memahami.

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *